Dengan kerangka berpikir yang seperti itu rusaklah semuannya ketika fakta sudah tidak sama dengan realita. Memang benar dulu Indonesia adalah anggota OPEC, tapi kenyataannya sejak 2008 Indonesia telah
Akibatnya kita tak punya uang. Alternatifnya, cari teman, cari investor. Tetapi mental kita mengatakan kita tidak ingin dikuasasi asing, karena perusahaan asing sudah terlalu banyak. Karena asing dikesankan menguasai. Karena asing mengambil terlalu banyak dalam bentuk cost recovery dan sebagainya. Tetapi sekali lagi, yang punya modal dan teknologi ya siapa lagi kalau bukan asing? Bukannya melatih diri agar lebih cerdik, tetapi kita selalu hanya ribut. Sementara itu mencari sendiri sumur-sumur baru selain beresiko gagal, biaya investasinya sangat besar.
Kata para ahli minyak, ada sih minyak itu. Tetapi terpendam di laut dalam, atau terperangkap di dalam bebatuan (shale & gas). Namun, untuk menangkapnya lagi-lagi butuh teknologi: Ya, tanpa pengembangan teknologi, tidak bisa kita dapatkan minyak itu. "Indonesia Bisa, anak-anak Indonesia sudah bisa melakukannya" , mana buktinya? apa kita sudah memanfaatkan mereka dengan baik? iya kalo mereka tidak tergiur dollar diluar sana.
Karena kita tidak melakukannya, maka pilihannya hanya impor. Dari minyak mentah lalu minyak jadi dan semakin hari semakin besar. Dan ketika harganya di dunia internasional semakin mahal, kita pun menutup mata. Harganya di dalam negeri harus tetap murah. Tak peduli sekalipun akan digunakan untuk mabuk-mabukan, trek-trekan, untuk pacaran, pesta, konvoi, demo, membakar fasilitas umum, membakar anak orang, dan lain lain sebagainnya. Rakyat kita sama sekali tidak dididik memahami bahwa minyak telah berubah menjadi barang mewah. 15 dari 15 orang (mahasiswa, tukang becak, satpam kampus, ayam kampus) bahkan tidak ada yang tahu, sejak kapan Indonesia keluar dari OPEC
Pikiran kita adalah pikiran lama yang usang, yang seakan-akan Indonesia kaya minyak. Atau kalaupun tidak, pikiran kita mengatakan dunia ini masih kaya minyak. “Tidak akan pernah habis.” Produsen otomotif pun masih terus menjual kendaraan-kendaraan baru berbasiskan fossil fuel karena itulah energy yang paling efisien dan mudah dibawa. Dan kita pun terlena.
Energy Aternatif
Apakah alternatif yang sedang kita cari? Tenaga surya? Ternyata Indonesia bukan wilayah yang bagus buat energy tenaga surya karena matahari yang bersinar 12 jam di sini tidaklah tajam cahayanya. Kita mendapatkan “Light” tetapi tidak “Heat” nya
Tenaga angin? Ternyata juga tidak cocok. Angin di negeri ini ternyata tak sekencang angin di negeri Belanda atau Swiss. Walaupun penduduknya sering dilanda masuk angin
*beberapa dikutip dari Rhenald Kasali,dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, menjadi guru besar Ilmu Manajemen di Universtas Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar